Senin, 30 April 2018

Pernyataan Sikap FRI-WP dan AMP

*Pernyataan Sikap*
*Front Rakyat Indonesia untuk WEST PAPUA (FRI-WP) dan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP)*
______________________________________________________________________________
*Salam Pembebasan Nasional Bangsa West Papua!*
*Salam Solidaritas Kepada Kaum Buruh Sedunia!*

Amolongo, Nimo, Koyao, Koha, Kinaonak, Nare, Yepmum, Dormum, Tabea Mufa, Walak, Foi Moi, Wainambe, Nayaklak
Waa…waa…waa…waa…waa…waa..waa..waa..waa..waaa!


*1 Mei Hari Perlawanan Kaum Buruh, juga Aneksasi NKRI terhadap West Papua!*

*Kawan-kawan buruh yang terhormat*, pada 1 Mei ini kawan-kawan akan memperingati hari perlawanan kaum buruh yang begitu menakjubkan. Hari di mana kaum buruh berhasil memperjuangkan tuntutan pengurangan jam kerja. Bahkan di berbagai momentum sejarah politik di berbagai negeri, kaum buruh berhasil memberikan sumbangan terbesar untuk membuat dunia menjadi lebih baik, apakah itu perbaikan jaminan sosial, peningkatan upah, hak pilih bagi perempuan, melawan rasisme, melawan kolonialisme, hingga Revolusi.

Apa yang telah diperjuangkan oleh kaum buruh Sedunia menunjukan ciri perjuangan pembebasan atas penindasan kelas (penindasan terhadap waktu kerja berlebih, rasisme, upah murah, hingga penjajahan manusia terhadap manusia).

Namun, ada satu hal yang mungkin belum diketahui oleh kaum buruh pada umumnya, dan kaum buruh Indonesia pada khususnya. Bahwa pada tanggal 1 Mei 1963, West Papua dianeksasi (dicaplok) oleh Republik Indonesia.
Bagi rakyat dan bangsa West Papua, aneksasi pada 1 Mei 1963 tersebut merupakan awal dari proses penjajahan yang berlangsung hingga saat ini. Penjajahan NKRI terhadap rakyat dan bangsa West Papua. Dampak dari penjajahan tersebut hingga saat ini yaitu genosida perlahan yang mengakibatkan sekitar 500.000an rakyat West Papua terbunuh, diskriminasi rasial, eksploitasi alam secara massif, pemenjaraan aktivis, penculikan, penghilangan paksa,  pengekangan kebebasan berpendapat dan mengakses informasi. Pelakunya tak lain ada aparatus kekerasan Negara (TNI dan Polri) dan aparatus sipil yang mendukung kebijakan politik kolonial tersebut. Dimana semua itu tak mungkin bisa bertahan dalam waktu cukup lama kalau tidak mendapatkan dukungan dari kekuatan modal internasional.

Dari mana awal mulai Aneksasi 1 Mei 1963 ini bermula? Tak lain adalah Soekarno yang mendeklarasikan perebutan West Papua pertama kali lewat cara-cara bersenjata pada 19 Desember 1961. Operasi yang dikenal sebagai Operasi Militer Trikora itu menjadi titik awal dari tak bisa dipungkiri memberi sumbangsih besar pada “cerita berdarah” atas rakyat West Papua hingga saat ini.

Amerika Serikat yang juga punya kepentingan terselubung terhadap potensi alam West Papua serta hubungan Indonesia dengan Uni Sovyet, terlebih setelah penemuan “Gunung Emas” Nemangkawi yang kini telah dikuasai oleh Freeport Mcmoran Company, mendorong Pemerintah Indonesia dan Belanda untuk duduk bersama. Namun, tanpa melibatkan pihak West Papua. Padahal pada 1 Desember 1961 atau 18 hari sebelum deklarasi operasi militer Trikora, rakyat West Papua telah mendeklarasikan kemerdekaannya. Bahkan jauh sebelum itu, pihak kolonial Belanda telah mempersiapkan proses dekolonisasi terhadap negeri jajahannya tersebut.

Hasil kesepakatan dari perundingan di antara Indonesia dan Belanda yang di fasilitasi oleh Amerika Serikat yang terjadi pada 15 Agustus 1962 itu, kemudian dikenal sebagai New York Agreement. Kesepakatan menyebutkan diantaranya yang utama: paling lambat pada tanggal 1 Oktober 1962 Belanda menyerahkan West Papua kepada United Nation Temporary Executive Authority (UNTEA); Paling lambat tanggal 1 Mei 1963 UNTEA atas nama PBB akan menyerahkan West Papua ke tangan Indonesia; dan hak penentuan nasib sendiri akan dirampungkan selambat-lambatnya sebelum akhir 1969. Akan tetapi, perihal  *“free choice”* tersebut yang terjadi, rakyat West Papua memilih dalam tekanan militer, dan hanya 0,4% saja yang terlibat dalam proses PEPERA, yang artinya merubah konsep one man one vote menjadi perwakilan.

Alhasil, New York Agreement telah memberikan keuntungan besar bagi NKRI, dan itu bermakna sebagai Jalan bagi Aneksasi itu sendiri.

*Kawan-kawan buruh yang terhormat*, yang berjuang melawan penindasan modal di berbagai negeri mana pun, apa yang tengah diperjuangkan oleh rakyat dan bangsa papua adalah pembebasannya sebagai bangsa. Pembebasan bangsa merupakan bagian tak terpisahkan dari pembebasan manusia.

Sebab itu, solidaritas kaum buruh terhadap ketertindasan terhadap bangsa-bangsa terjajah merupakan bagian tak terpisahkan dari solidaritas terhadap buruh-buruh di negeri-negeri terjajah juga. Dalam hal ini solidaritas kaum buruh terhadap buruh-buruh West Papua pada khususnya, dan rakyat West Papua pada umumnya.
Solidaritas kaum buruh sangat penting guna menujukan kepada rakyat dan kaum buruh west Papua pada khususnya bahwa penindasan dan penjajahan manusia atas manusia tak mengenal suku, agama, ras dan bangsa. Begitu pula pelakunya. Dan untuk membebaskan diri dari belenggu penindasan tersebut, kerjasama dan solidaritas antar kelompok-kelompok tertindas harus digalang. Sebagaimana, contohnya, solidaritas kaum buruh Australia terhadap perjuangan kemerdekan Indonesia di masa lampau.

Begitu pula  kebebasan politik yang tengah diperjuangkan oleh kaum buruh dan bangsa West Papua. Terdapat suatu irisan persamaan namun berbeda derajat atau intensitasnya. Kaum buruh berkepentingan terhadap perluasan demokrasi di pabrik, kawasan, dan secara nasional, baik dalam menghadapi tentara/polisi yang merangsek masuk ke kasawasan industri hingga pabrik, pemberangusan serikat, pembatasan hingga pelarangan aksi, kriminalisasi, dan lainnya. Begitu pula, rakyat West Papua, mengalami berbagai macam pengekangan, yang membedakan derajatnya, misalnya, penculikan, pembunuhan, pembubaran acara keagamaan, tabrak lari, penembakan, penangkapan, pemenjaraan, pelarangan demonstrasi, pembatasan terhadap jurnalis internasional untuk masuk ke Papua. Perluasan Demokrasi pada akhirnya menjadi landasan bagi perjuangan Pembebasan itu sendiri.

*Kawan-kawan buruh yang terhormat*, eksploitasi kaum pemodal terhadap tanah dan rakyat Papua terjadi begitu masif dan sporadis. Kekayaan tambang emas, minyak, gas, belum lagi berbagai hasil-hasil tambang lainnya, pembukaan lahan perkebunan, serta penebangan kayu sudah membuat tuan-tuan pemodal internasional dan nasional Indonesia semakin kaya. Selanjutnya, menyisakan kerusakan lingkungan yang teramat parah. Jutaan ton limbah tailing yang mengalir ke sungai dan tepi-tepi laut Papua. Dari kerusakan lingkungan itu lah, rakyat Papua menjalani kehidupannya, akibatnya terhinggapi berbagai penyakit. Meski kekayaan itu di rampas begitu besar dari alam, namun, kaum buruh di Papua dan kaum miskin tetap saja menjadi bagian dari barisan kemiskinan.

*Kawan-kawan buruh yang terhormat*, sesungguhnya tak ada lagi alasan bagi rakyat dan bangsa West Papua untuk tidak memperjuangkan haknya untuk menentukan nasib sendiri sebagai sebuah bangsa yang bebas dan merdeka. Namun, apabila berbagai alasan-alasan diatas pun belum cukup meyakinkan bagi kawan-kawan untuk memberikan dukungan secara penuh, akan tetapi merupakan kewajiban bagi kita semua sebagai kaum tertindas untuk menghargai dan menghormati hak bagi rakyat dan bangsa West Papua untuk memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri. Tanpa penghargaan dan penghormatan terhadap kemerdekaan menyatakan pendapat, pikiran dan gagasan, maka, tak mungkin suatu elemen tertindas dapat melawan penindasan dan memenangkan perlawanannya. Dan hal itu pula berlaku dalam perjuangan kaum buruh.

Jangan mau di pecah belah dengan prasangka rasisme ataupun nasionalisme sempit. Sebab, pembebasan suatu bangsa tertindas dan pembebasan kelas pekerja hanya bisa digapai apabila solidaritas terbangun satu dan lainnya.  

Apalagi kita menyadari suatu bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang menghargai kaum buruhnya. Sebab, kaum buruh adalah kekuatan pokok dari berjalannya suatu bangsa itu sendiri. Begitu pula dalam konteks West Papua, bangsa Indonesia akan lebih bermartabat apabila kembali kepada cita-cita awal pendiriannya, melawan kolonialisme dan Imperialisme, dan meluruskan manipulasi dan penipuan yang pernah dilakukan di masa lampau, yang telah mencederai nilai-nilai mendasar dari kemerdekaan bangsa Indonesia itu sendiri.

Demikian kami sampaikan. Selamat Hari Buruh. Lawan Pro Kapitalisme dan Imperialisme.  Lawan kolonialisme. Salam Solidaritas. *Salam Pembebasan!!*






Salam Pembebasan,
Medan Juang, 1 Mei 2018



*Juru Bicara*                                                                                            * Ketua Umum AMP*

Surya Anta                                                                                                             Jhon Gobai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar