Kamis, 10 Mei 2018

Kronologis Penembakan Aparat Gabungan Terhadap Pemuda Dogiyai



Kronologis Penembakan  Aparat Gabungan Terhadap Pemuda  Dogiyai 

Dogiyai, Jumat, 6 April 2018 pada pukul 16:00 WIT. Korban Gerri Goo, Rudy Auwe dan satu pemuda minum minuman Keras di Kampung Ikebo, tepat dibelakang Markas Timsus dan Markas Koramil Moanemani. Setelah itu, pada pukul 18.00 kedua orang ini pulang ke kampung Mauwa. Setibanya disana bertemu dengan Rombongan Pemuda Kampung Mauwa dan Kampung Dikiyouwo yang tidak minum Miras ini duduk bercerita di rumahnya Jufri Dogomo, Staf Honorer di Sekretariat KPUD Dogiyai (Tempat Penjualan Ayam Potong) yang ada di Samping Bawah Jembatan Kali Mauwa. Diantara mereka, ada 3 Pemuda yang minum Minuman Keras tadi, tetapi mereka bertiga ada dalam rumah. Para Pemuda itu duduk bercerita sambil minum Kopi Susu yang sudah diputar dalam Dandang Besar, karena habis mereka bersepakat untuk memasak air lagi untuk ronde kedua. Gerry Goo bergerak ke kali untuk mencuci Dandang Besar yang tadinya putar kopi susu sekaligus menimba air di kali untuk memasak yang ronde kedua.  Sementara Gerry Goo mencuci Dandang besar itu, tiba tiba ada rentetan bunyi tembakan senjata berturut turut diatas Jembatan Kali Mauwa, sehingga semua pemuda yang ada dalam rumah kaget dan keluar dari rumah untuk memastikan penyebabnya.

Sesampai mereka di atas Jembatan, Polisi suruh mereka bubar sambil membuang peluru, karena bunyi tembakan terus menjadi-jadi, maka Masyarakat dan Kepala Kampung Mauwa datang mendekat untuk memastikan Penyebabnya juga, tetapi ketika Kepala Kampung tiba di Jembatan antara Polisi dan Pemuda saling bersiaga untuk bertikai sehingga Kepala Kampung mengajak masyarakatnya pulang ke Rumah masing masing karena Kepala Kampung juga sama sekali tidak tahu penyebabnya. Tetapi Para Pemuda masih bertahan di jalan. Polisi melihat Para Pemuda masih bertahan di jalan sehingga Polisi pergi memanggil Brimob dan Timsus ke Moanemani. Satu Jam Kemudian sekitar 21:30 WIT ada Mobil Innova dari Moanemani Arah ke Deiyai lewat. Tepat Mobil itu depan para Pemuda dari dalam Mobil menembak Gerry Goo (23) Tahun di Punggung belakang. Jarak antara Mobil dan Korban 5 meter saja, sehingga para Pemuda itu mengejar Mobil itu sampai di Kali Okeiya di Doutou. Dari Gunung Odeedimi Mobil itu kembali ke Moanemani jadi Pemuda itu mengejar mobil itu sampai mobil itu masuk ke dalam Pertamina. Tidak lama lagi Tim Gabungan datang menyerbu para pemuda yang ada di atas Jembatan dengan menggunakan Gas Air Mata. Para Pemuda lari dari serangan Tim Gabungan sedangkan ada dua pemuda gagal melarikan diri karena sudah kena Gas Air Mata sehingga Pemuda atas nama Geri Goo yang tadinya dapat tembak itu, Gerry Goo dapat tembak lagi di Paha dengan Jarak tembakan 125 meter dari posisi Tim Gabungan ke Korban sehingga kena di Paha kemudian sepanjang Punggung, Kaki, Tangan itu Tergores akibat Tim Gabungan menarik Korban diatas jalan Aspal. Kemudian Rudi Auwe dapat tembak di kaki kanan tetapi berhasil melarikan diri. 


Motif Penembakan

Setelah Polisi yang dari Mapolsek Moanemani datang menciptakan isu diatas Jembatan Kali Mauwa dengan cara membuang peluru berturut turut, Mereka kembali lagi memanggil Brimob dan Anggota Timsus Moanemani. Stratetegi yang mereka pakai sebelum ke Kampung Mauwa, Mereka mengutus beberapa anggota untuk berpura-pura ke Paniai. Jadi Anggota itu pura-pura ke Dogiyai lalu tepat Lurus pemuda pemuda jaranyanya 5 meter barulah, Polisi menembak yang pertama ke Gerry Goo.
Kemudian, Tim Gabungan datang membuang Gas Air Mata kepada masyarakat lalu Tim Gabungan lain menggunakan dua Mobil Kaca Gelap lalu berpura pura ke arah Enarotali. Sesampainya, langsung tembak korban dan para pemuda kejar kedua Mobil sampai Kali Okeiya. Kemudian kedua Mobil itu kembali lagi dari Gunung Odedimi ke Kali untuk bergabung bersama Tim Gabungan. Jadi dalam Motif Penembakan ini ada beberapa hal yang kami rasa menjadi Strategi pihak polisi adalah:
Polisi datang ke Jembatan kali untuk menciptakan isu masalah, lalu memancing para Pemuda yang lagi minum Kopi Susu itu Emosi;
Polisi memanggil Brimob dan Timsus Paskhas ke Mopolsek untuk menyusun strategi Penyerangan;
Dari Mapolsek Moanemani membentuk Tim Gabungan Penyerangan dan menyusun strateginya;
Mereka menentukan orang terdidik dan terlatih lalu mengutus mereka naik ke dalam dua Mobil Innova. Lalu berpura pura ke arah Deiyai dan Paniai.
Dua mobil Innova yang penuh dengan Polisi terdidik dan terlatih tadi, lalu mereka ke arah Deiyai-Paniai. Sampai di Jembatan Kali Mauwa, Jarak antara para Pemuda dan Mobil sekitar 5 meter itu Polisi menembak salah satu Pemuda yang namanya Gerry Goo, sehingga Para Pemuda mengejar Mobil itu sampai di Bukit Kaki gunung Odedimi di Kali Okeiya; 
Karena tidak mendapatnya, Para Pemuda kembali melihat korban penembakan tadi, dalam perjalanan pulang. Kedua mobil tadi itu kembali dari Gunung Odedimi sehingga Para Pemuda itu kembali kejar kedua mobil itu, tetapi mobil itu masuk di Pertamina Dogiyai. Jarak antara Pertamina dan Kali Mauwa sekitar 20 meter.
Mobil masuk ke Pertamina, tiba tiba masih ada serangan lagi dari Arah Moanemani. Yaitu serangan dari Tim Gabungan dengan membuang Gas Air Mata.
Para Pemuda Lari karena Gas Air Mata, sehingga dua orang dapat tembak yakni Pemuda yang tadinya dapat Tembak Gerry Goo itu kembali kena tembakan lagi dan Rudi Auwe kena tembakan.


Tembakan di Titik Vital 

Kedua korban Gerry Goo dan Rudi Auwe kena tembakan di tubuh yang sangat vital. Gerry Goo Tembakan Pertama kena di Punggung belakang atas, Tembakan Kedua di Paha dan ketiga di Tangan. Lalu mereka Tarik diatas aspal akibatnya seluruh punggung belakang tergores aspal.
Sedangkan Rudi Auwe kena tembakan di Kaki Kanan tetapi berhasil melarikan diri dari Tim Gabungan.


Pengakuan dari Berbagai Pihak

Kesaksian dari beberapa orang tentang peristiwa ini adalah sebagai berikut:

Cerita Kepala Kampung

Setelah mereka mendengar rentetan bunyi tembakan peluru itu terus menerus, Kepala Kampung Dikiyouwa datang memastikan masalah karena dirinya merasa tidak pernah ada masalah di wilayahnya. Sesampainya di TKP, ada pasukan polisi yang lengkap dengan atribut Perang. Lalu Kepala Kampung mengajak Pemuda Pemuda itu pulang ke Rumah masing-masing, tetapi para Pemuda bersih keras tinggal di tempat karena mereka tidak bersalah. Akhinya terjadi serangan. 

Cerita Medis

Setelah Tim Gabungan menembak Geri Goo dan Rudi Auwe, Jam 22:00 WIT kedua korban tersebut dibawa ke Puskesmas Moanemani. Dari sana Para Perawat memanggil Dokkter Umum untuk menanganinya. Dokter Umum langsung menangani Korban dan Korbannya Kritis, maka dirujuk ke Nabire. Menurut Dokter, Peluruhnya kena Pembuluh darah dekat paru paru, tetapi paru parunya tidak kena sehingga harus dioperasi untuk mengeluarkan Pelurunya. Kemudian saya tidak memberikan Rujukan ke RSUD Paniai yang dekat karena disana Dokter Began ada keluar daerah, Pungkas Dokter. Akhirnya Koban dibawah turun ke Nabire oleh Anggota Polisi pada pukul 24:00 WIT.

Cerita Polisi

Awalnya, Warga Mauwa atas nama Balibi datang melapor ke Mapolsek Moanemani. Dalam Laporannya, Rumahnya Balibi dibongkar  Pemuda untuk mencuri barang-barangnya, sehingga pasukan turun ke Mauwa untuk membubarkan, tetapi semua Pemuda pada minum minuman Keras sehingga kami memberikan peringatan tetapi mereka masih melawan sehingga kami menembaknya.


Pengobatan Korban

Sejak Korban ditembak Tim Gabungan, Korban dibawa ke Puskesmas Moanemani. Dari Moanemani Polisi rujuk ke BLU RSUD Nabire pada pukul 13:00 WIT. Selama dua Minggu di BLU RSUD Nabire, Korban tidak tertolong karena tidak dioperasi untuk mengeluarkan Peluru sebab di Nabire tidak ada Dokter Saraf.

Dari BLU RSUD Nabire dirujuk lagi ke RSUD Dok 2 Jayapura. Dari RSUD Dok 2 Jayapura Dokter Saraf menangani Pasien Korban Gerry Goo, setelah Dokter Saraf memeriksa kondisi pasien, Peluru yang ada di dalam tubuh pasien mempengaruhi Saraf sehingga untuk operasinya harus oleh Dokter Bedah Saraf. Sementara Dokter Bedah Saraf tidak ada di Jayapura sehingga Dokter Saraf menganjurkan Rujuk ke Jakarta atau mendatangkan Dokter Bedah Saraf ke Jayapura

Penangan Korban 

Setelah Korban itu ditembak Polisi, Kepala Distrik Kamuu, Moses Tebai, S.Sos dan dan Bupati Kabupaten Dogiyai, Yakobus Dumupa, S.IP bersedia menangani Korban. Kesedian itu disampaikan langsung oleh Kepala Distrik dan Bupati dari Jembatan Kali Mauwa pada Pukul 8.30 WIT tanggal 7 April 2018. Untuk mewujudkan Kesediaannya Pemerintah Daerah Kabupaten Dogiyai telah mengirim Keluarga Korban ke Nabire mengejar dan mengunjungi Korban yang semalam sebelumnya dibawa turun ke BLU RSUD Nabire.

Dua Minggu kemudian, setelah Korban tidak tertangani di Ruang ICU BLU RSUD Nabire, Korban dirujuk ke Jayapura. Menurut cerita keluarga korban dari Nabire, Bupati Kabupaten Dogiyai memberikan Dana sebesar 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah). Dari Jayapura juga tidak tertolong dan dirujuk ke Jakarta, maka kembali Bupati Dogiyai memberikan dana sebesar 50.000.000,00 lagi kepada keluarga korban untuk dirujuk ke Jakarta.

Sementara Itu, Pelaku Penembak Polisi Daerah Papua di  Kepolisian Resort Nabire melalui Kepolisian Sektor Moanemani tidak membantu korban dalam Transportasi maupun biaya pengobatan dari Moanemani, Nabire, Jayapura dan tidak jadi ke Jakarta karena Polisi tidak mampu membiayai Keluarga Korban dan Pasien ke Jakarta, maka polisi layak dikatakan Polisi Melepaskan Batu lalu Sembunyi Tangan, semuaya Polisi mengharapkan kepada Pemerintah Daerah untuk Biaya Transportasi dan Pengobatan.

Akhirnya tanngal 07 Mei 2018, Korban dipulangkan ke Dogiyai dan Tanggal 9 Mei 2018 Korban meninggal bersama Peluru Panas di Kampung Goodide pada Pukul 10.00 siang.  


Seruan Rakyat Dogiyai

NILAI MERAH UNTUK KAPOLRES NABIRE
Peluru Panas itu tinggal bersama Gerry Goo selama 33 hari, Ketika Negara Indonesia melalui Kepolisian Daerah Papua tidak menanggung Biaya Transportasi dan Pengobatan hingga korban mengangkhiri Riwayat Hidupnya di Kampung Goodide Kabupaten Dogiyai.

Sementara, Kasus Penembakan terhadap Gerry Goo dan Rudi Auwe saja masih belum selesai dengan biaya Transportasi, Makan Minum Keluarga yang menjaga Korban dan Biaya Operasi Mengeluarkan Korban serta mendatangkan Dokter Bedah Saraf dari Jakarta ke Jayapura, dll. Masih saja Kapolres Nabire melakukan Gerakan Gerakan tambahan misalnya 26 hari Kemudian setelah Polres Nabire melalui Polsek Moanemani menembak Pemuda Dogiyai, Mereka (Polisi) Memukul dan Mengeroyok Mando Mote, S.STTP selaku Pejabat Negara Indonesia Kepala Bidang Peternakan dan Abeth You Selaku Jurnalis Papua di tabloid Jubi. 

Maka, analisa Rakyat Dogiyai, mereka yang ada nama saja dipukul, dibunuh, dikeroyok, diintimidasi oleh Polres Nabire apalagi Rakyat Papua dimata Polres Nabire tidak ada artinya dalam hidup. Oleh karena itu, Kami memberikan Nilai Merah Kepada Kapolres Nabire karena selama Kapolres Nabire bertugas itu tidak bekerja sesuai tupoksinya.

Dengan demikian Kami Rakyat Dogiyai meminta dengan tegas kepada Kapolda Papua bahwa:
Segera mengungkap dan memecat Pelaku Penembakan di Kabupaten Dogiyai;
Segera memecat Pelaku Pengeroyokan dan Pemukulan terhadap Abeth You dan Mando Mote;
Segera pecat Kapolres Nabire dan Kapolsek Moanemani.

Demikian Laporan Kasarnya, Laporan akan saya sempurnakan.

Pelapor

Benediktus Goo
Pemuda Dogiyai

Rabu, 09 Mei 2018

Mama

MAMA


Kukirimkan sepotong senja jingga untukmu
lewat angin dam deburan ombok saat matahari terbenam dalam peraduan dan cahaya keemasan

Karena aku tahu dunia ini, Semua orang sibuk berkata-kata tanpa pernah mendengarkan kata- kata orang lain
Mereka berkata-kata tanpa peduli apakah orang lain mendengarnya

Sebuah dunia yang kelebihan kata-katanya tanpa makna
Kata-kata yang sudah tak dibutukan lagi
Setiap Kata bisa diganti arti, setiap arti bisa digantikan maknanya.
Sayang...

Dengan kemerah-merahan langit dan sepoi-poi angin aku persembahkan senja jingga ini untukmu mama.


Oleh: Apry Epoha Tebay
Semarang, 09-05-2018


Kehancuran


Kehancuran terjadi karena ulam manusia yang tak kompromi.

Jarak yang semakin melebar
Menganga seperti mulut yang lapar
Siap menelan semua kisah
Tentang kasih dan sejarah

Masih mampukah kita bicara dengan kata
Atau harus berlayar di lautan darah
Untuk apa?

Dan jika busur busur direntangkan
Anak anak panah dilepaskan
Siapakah yang akan menanggung beban?
Akan cukupkah airmata dan do'a
Menebus sebuah kehancuran?

Oleh: Tigi Benediktus
Port Numbay, 09-05-2018

Penderitaan Rakyat, Sebab Hak-hak Kodrat Mereka Di Bunuh Oleh Pemerintah


Birokrasi Pemeritah saat ini, melihat penderitaan rakyat semakin meningkat. Permasalahan tersebut, Pemerintah melihat dengan kepala mata mereka sendiri namun pemeritah tak peduli terhadap penderitaan Rakyat tersebut.

Disinilah antara pemerintah dan rakyat sipil terjadi diskontoroversial. Bila penderitan rakyat itu tanpa Demokratis bagi rakyat sipil, maka tidak salah, kalau rakyat bertindak  melawan pemerintah kini. Kenapa Mereka bertindak melawan pemerintah? Untuk apa mereka bertindak?
Apa harapan mereka  bila Rakyat bertindak dengan kekerasan terhadap pemerintah kini? Apabila Rakyat sipil menjadi korban penderitaan karena pemerintah,  maka ada solusi pula yang  musti diberikan oleh pemerintah kepada rakyat. Self Determination adalah jawaban tepat dari semua bentuk masalah yang dihadapi oleh rakyat Papua. 

Pemerintah juga musti memahami indikator Rakyat sipil yang mengaku dirinya korban penderitaan, selain itu pemerintah juga mesti memenuhi permintaan rakyat, seperti apa kerinduan rakyat. Kalau demikian maka hidup itu aman damai dan kondusif di negeri mereka sendiri. Salam Revolusi. 

 Oleh, Aleks Waine
 


Selasa, 08 Mei 2018

Di Gubuk, Kehampaan Menghampiri

Ilustrasi gubuk hampa/Foto Google

Tempat kita bercanda tampak sunyi
Pondok yang kau buat dan tinggalkan semakin hampa
Dan jiwa kibar dulu seakan berlalu bersama kepergian dirimu.

Canda tawa masih membekas di dalam pikir dan hati
Bahkan bayangmu semakin tak hilang di setiap langka kaki ini

Ingin bersama adalah keinginang hati yang tinggi
Ingin terus bercanda bersama dalam sebuah kerinduan yang akan selalu menyakiti hati
Bahkan saat datang di kediamanmu hanya bisa mengenang semua kenangan yang kau tinggalkan.

Malaikat pencabut nyawa itu memang bangsat
Kenangan yang kau tinggalkan adalah virus yang selalu menyebar dalam alam pikir, menyakitkan.

Sebab keingin untuk tinggal bersamamu lebih lama terlalu tinggi
Namun waktu selalu berubah dan berlalu dan kau pun pergi tinggalkan luka yang sulit aku obati sendiri.

Rasanya tidak bisa menerima kenyataan ini,
Namun orang berkata ini adalah takdir
Dan kepergianmu adalah waktumu

Sungguh aku benci orang yang berkata demikian
Tapi apalah daya mungkin itu betul, tapi seharusnya bukan saat-saat begini

Dalam setiap langka ini mestinya ada engkau
Agar semua gelisa ini bisa kita akhiri bersama seperti katamu dalam setiap doa untuk bebas

Ketika langka kaki ini terhenti di simpangan,
Sudah pasti kau ada dan melanjutkan perjalanan ini bersama

Ketika berada di perempatan jalan
Sudah pasti kau ada dan memberitahukan jalan mana yang kita lalui

Ketika semangat melemah
Sudah pasti kau ada dan terus memberikan energy semangat enam satu.

Dan saat mati rasa,
kau terus tumbuhkan jiwa-jiwa berontak demi nasip anak cucu diatas negeri kita ini.

Namun semua itu telah berlalu bersama kepergianmu. Bapa, bapa.. Bapaaaaaaa.

Saat kau tak lagi di sini
Aku bagai daun kering yang jatuh dari pohon
Terombang-ambing terbawa angin tampa arah yang jelas

Dekat gunung hidung,
Dua mata air ini selalu mengalir tak henti
AKu mengharapkan kau berada disamping, bercerita dan bercanda bersama, dan memberikan energi tubuh untuk terus melalukan perlawan ini terhadap musuh kita bersama.
Seperti sebelumnya.

Disini, digubuk yang kau tinggalkan guru
Sekertaris kepala suku kamuu di nabire
Kehampaan menghampiri
Rindu engkau.

Karya: Che De Goo
Nabire, 07-05-2018

Untukmu Guru (Gabriel Goo)

Ilustrasi Guru sedang mengajar/Foto Google
 UNTUKMU GURU
 (GABRIEL GOO)

Tak menyangka kau telah pergi
Meninggalkan canda tawamu di gubuk
Tinggalkan manis pahit yang pernah ada

Sejarah itu masih ada dalam hati
Seni tempo dulu masih membekas disini
Rauk majahmu masih mengintip selah-selah jiwa
Ajaranmu tebayang dalam ingatan
Dan jiwahmu, selalu akan hadir dalam jiwa kami

Kita telah berpisah secara tubuh
Tetapi, tidak dengan jiwa
Kita telah berbisah dari rumah
Tetapi, tidak dengan sejarah
Kita telah berpisah dari seni
Tetapi, tidak dengan ajaranmu

Kau akan terus abadi dalam jiwa
Kau akan ada dalam jiwa kami
Kau Patriot yang akan terus ku kenang
Dalam jiwa, hati yang paling dalam.

Dari Muritmu, Che Goo
Nabire, 04-05-2018

Senin, 07 Mei 2018

Seorang Guru di Nabire Berharap Pemerintah Mesti Bersikap Antisipatif

Nabire, JNP - Untuk mengantisipasi terjadinya persoalan, khususnya di bidang pendidikan akibat keterlambatan pembayaran hak guru yang terjadi beberapa waktu lalu di Nabire yang mengakibatkan mogok mengajar, pemerintah mesti kerja efektif.

Untuk itu, Emanuel Goo, seorang guru di Nabire berharap semoga pemerintah kabupaten Nabire kedepan mesti mengantisipasi sebelum terjadi persoalan yang pada akhirnya merugikan anak didik yang adalah generasi penerus bangsa.

"Jika ada kekurangan data atau berkas, maka segera diupdate supaya tidak bertumpukan," katanya berharap.

Lanjutnya, setelah mogok mengajar beberapa hari, sudah 2 minggu kegiatan belajar mengajar kembali berjalan normal karena tuntutan para guru dikabulkan pemerintah.

Relakah Kita

Ilustrasi Foto Honaratus Pigai, yang sedang memandang alam sekitarnya/doc.pribadi 
Relakah Kita

Di negeri ini kita dilahirkan, dibesarkan,
di negeri ini kita menghirup udara,
di negeri ini kita meminum air pemuas dahaga, ,
di negeri kita disuguhkan melimpahnya kekayaan alam,
relakah kau jika alam dan manusia direnggut habis.

Para kapitaslis pemuja kemewahan,
para pembunuh iblis pencabut nyawa,
adalah dalang utamanya.

Haruskah kita tertunduk diam membisu,
dilarangkah kita maju melawan,
relakah kita duduk menyaksikannya.

Bersatu melangkah,
runtuhkan iblis-iblis pencakar bumi,
tumpas iblis-iblis pencabut nyawa,
hidup damai sejahtera milik kita.


Honaratus Pigai
Papua, 12/03/16

muye_voice@fwp

Minggu, 06 Mei 2018

Dibalik 1 Mei 1961

Goo Koteka, saat sedang merancang syair puisi/ Foto Doc. Pribadi 
Tersimpan memori anak negri
Ingin aku ungkapkan
Memori dibalik 1 Mei 1961

1 Mei 1961
Benar hari Papua dicengkram kaum penjajah

Ada tangisan anak negri di sana
terisak mengejar impian 

Duka itu tetap terasa
Terpatri di benak anak negri

Kekayaanku
Alam leluhurku
Semua dirampas tanpa kompromi

Militer (TNI/POLRI) alat negara yang paling ampuh menghalau gejolak perlawanan rakyat Papua
yang menghendaki kemerdekaan sepenuhnya dari Indonesia

Kenyataan yang membenarkan kehadiran Indonesia  di Papua ILEGAL
Dan dia datang hanya untuk menguasai dan menjajah

Rakyat Papua mesti bersatu dan berjuang
merebut cita-cita pembebasan sejati bagi rakyat dan bangsa Papua Barat

Karya, Goo, Koteka
Dogiyai, 1 Mei 2018

Jumat, 04 Mei 2018

Pandangan dari Sisi Ekonomi Terkait Pembangunan Rel Kereta Api di Maybrat


Oleh: Semi Edi Framana Turot

JNP - Saya mungkin agak berbeda pendapat memandang pembangunan Rel Kereta Api di Maybrat. Yang pertama, Saya melihat dari sudut pandang ekonomi, suatu pertumbuhan ekonomi berkembang apabila didukung oleh transportasi laut, udara dan darat. Sehingga percepatan pembangunan itu bisa dirasakan oleh masyarakat dan juga laju perekonomian pasti sangat cepat.

Yang kedua, Masalah pendidikan kita orang maybrat sudah hampir 75% berpendidikan bahkan semua jurusan sudah ditempuh, namun kita masih berpatokan pada PNS, padahal alam kita sudah menyediakan segalanya bagaimana kita kreatif dan inofatif untuk mengolah kekayaan yang ada sehingga banyak orang luar yang juga punya pengetahuan sama seperti kita malah memanfaatkan alam yang ada sehingga kita selalu mengatakn bahwa, kita miskin diatas tanah kita sendiri.

Kita juga terbawa dengan arus politik daerah, sehingga membuat kita jadi malas untuk memanfaatkan alam kita yang kaya raya ini. Oleh sebabnya,kita tidak bisa bersaing dengan orang pendatang.

Jika kita lihat ilmu dari pendatang itu sama juga dengan ilmu yang kita tempuh di universitas dan sekolah tinggi yang ada di Indonesia ini.

Karna kita tidak kreatif, maka pendatang yang menguasai semua akhirnya kita terus terjajah diatas negri kita sendiri.

Yang ketiga, perkembangan teknologi hari ini berkembang sangat cepat dan kita bahkan bangsa Indonesia ini juga belum siap dengan matang untuk menghadapi perkembangan teknologi tersebut. Kita tidak bisa menutup mata dengan masuknya negara Indonesia ke dalam (Masyarakat Ekonomi Asean) MEA.

Dimana negara-negara ASEAN ini boleh melakukan aktifitas ekonomi di walayah Indonesia dan sebaliknya Indonesia boleh melakukan kegiatan ekonomi di negara-negara anggota Asean.

Nah, apabila kita masih terus menutup diri dan tidak menerima peradaban, maka kita akan terus tertinggal dan alam kita akan di kuasai bukan hanya oleh Indonesia, tapi juga oleh negara-negara yang berivestasi ke Indonesia. Mereka (pemilik modal dan yang punya pengetahuan dan teknologi yang lebih dari kita bahkan Indonesia pun akan tidak bisa disaingi.

 Yang terjadi hari ini, kita semua dijajah, negara asing menjajah Indonesia dan Indonesia menjajah Papua.

Hal paling sederhana ketika asing menjajah Indonesia sebagai bukti adalah PT. FI yang sahamnya dikuasai Amerika. Dari sekian banyak hasil yang diperoleh, Indonesia cuma dapat berapa persen, apalagi Papua yang berikut Gas LNJ di Babo, Bintuni pun demikian dan masih banyak perusahan yang dikuasai asing sehingga membuat politik adu domba dalam negri sehingga mereka tetap mendapat keuntungan.


Untuk itu, saya berpendapat bahwa, dengan adanya program pemerintah pusat untuk pembangunan Rel kereta api  sangat mempermudah akses untuk Papua Barat. Yang tadinya kita beli bensin dengan harga kisaran 15 ribu/liter kita bisa beli Rp.9.000 atau Rp.10.000/liter.

Kita kebanyakan masih terlena dengan kota Sorong, sehingga uang dari Maybrat semua berputar di Sorong.

Dengan adanya kereta api pasti dengan sendirinya pemerintah mencanangkan pasar yang hampir sama dengan Pasar Remu supaya masyarakat jangan lagi ke Sorong dan pejabat juga tidak lagi ke Sorong selesai kerja pada hari Jumat.

 Mereka akan menetap di Maybrat dan fokus pada kerja mau butuh apa semua sudah ada di tempat tidak lagi ke Sorong. Dengan sendirinya perekonomian akan meningkat dan rakyat sejahtera karna uang hanya akan berputar di sekitar maybrat.

Mungkin itu dari saya. Kita lihat dari segi positif kita harus mendukung juga. Masa kita jadi masyarakat komunal terus.

Janganlah harus berpindah jadi masyarakat moderen yang tak mempertahankan kebudayaan dan jati diri kita.



Penulis adalah Mahasiswa Maybrat di Malang

Sahabat Sejiwa



Teman-temanku sedang menunggumu
Teman-temanku adalah seribu cerita sambil tertawa
Sekarang Anda tidak lagi dapat berbagi

Ada cara untuk terlihat cantik
Apakah kamu disana?
Saya ingin berbicara lagi

Temanku, keberangkatanmu
Dari sifat tak berwajah ke alam tak berwajah
Sekarang saya baru ingat cerita itu
Karena kematian tidak jauh dari kehidupan ini

Sudah waktunya untuk seni bela diri untuk menjadi pasangan hidupku
Sahabatku, aku tidak cukup kuat untuk memegang takfir ini
Karena kamu pergi tanpa pesan


Hanya air mata yang meneteskan air mata
Bisa dinikmati setiap saat
Teman-teman saya, berdamai dengan firdaus
Bersama dengan luka serius di singgasana.


Oleh: Yulianus Bobii
Port Nombay, 27-04-2018.

Pilihan




Hitam putih
tergores suratan diri
hitam putih
takdir hidup kita
itu pasti adanya
tak kuasa lari
dari kehendak Ilahi

Hitam putih
warna diri
dijalani dan hadapi
semua sudah terpatri
dalam sebuah janji

Hitam putih
ikrar antara ruh
dan penguasa haqiqi
pembentuk rupa
jasad jiwani

Hitam putih
tak dapat kita pungkiri
jangan sampai kita sesali
semua sudah tertulis rapi
dalam perjanjian murni

Hitam putih
harus kita jalani
sesuai janji-janji
jangan kita bersedih
wajib dilakoni

Hitam putih
yg mana kau pilih kini
tentukan jalan diri
kanan ataupun kiri
Hitam putih
janji-janji
renungi diri.

Oleh: Benediktus Tigi
Entrop,18/04/2018

LP3 Selenggarakan Lomba Menulis Puisi, SMA N 1 Dogiyai Juara Satu

Para peserta lomba Menulis Puisi dari 4 SMA/SMK yang ada di Kabupaten Dogiyai sedang asyik menulis puisi. Dok. Hengky (4/5)

Dogiyai, JNP - Setelah resmi terdaftar di Kesbangpol Dogiyai, Lembaga Pengkajian dan penelitian Papua ( LP3 ) laksakan kegiatan pertamanya dengan menyelenggarakan Lomba Menulis Puisi tingkat SMA/SMK Se-Kabupaten Dogiyai yang bertema "Menjaga Kelestarian Alam". Kegiatan tersebut dilaksanakan dari SMA Negeri 2 Dogiyai, Jumat, 04/05/ 2018.

Lomba menulis puisi ini diikuti 12 siswa dari dua SMA dan dua SMK yang ada di Kabupaten Dogiyai dengan utusan masing-masing sekolah tiga siswa.

Perlombahan tersebut yang keluar sebagai juara satu dari SMA Negeri 1 Dogiyai atas nama Hanola Tebay, juara dua dari SMA Negeri 2 Dogiyai atas nama Mince Asrianti banu dan juara tiga dari SMK YPPGI Yeheskiel Dumupa atas nama Marlince Giyai.
Hadia yang diberikan berupa Uang Tunai dan 2 Buku Puisi bagi juara satu, dua dan Tiga.

Kegiatan Lomba penulisan puisi ini dibuka Benediktus Goo dari perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ( P&K) Kabupaten Dogiyai.

Dalam sambutan mewakili Dinas Pendidikan, Benediktus mengapresiasi kegiatan tersebut sebab menurutnya lomba seperti demikian dapat merangsang para siswa untuk terus mengembangkan bakat yang dimilikinya.

Benediktus juga berjanji untuk kedepan apabila ada kegiatan menyambut hari-hari besar, ia akan berupaya ke Dinas P & K untuk bisa bekerja sama menyelenggarakan kegiatan.

Dalam sambutan lainnya Direktur LP3 Vitalis Goo mengatakan, ini merupakan langkah awal dari lembaga untuk membangkitkan bakat para siswa dalam menuangkan pikiran dan perasaan ke dalam tulisan.

Melihat animo siswa yang datang mau ikut lomba yang melebihi ketentuan awal, Direktur berjanji akan berupaya melaksanakan lomba berikut dengan melibatkan beberapa sekolah yang ada di dua kabupaten tetangga, Kabupaten Pania dan Kabupaten Deiyai.

100 Persen Kelulusan SMA Negeri 2 Dogiyai, Kepseknya Dilumuri Lumpur

Kondisi para siswa/i SMA Negeri 2 Dogiyai bermandikan lumpur sedang memikul Kepala Sekolah berkeliling Kota Mowanemani karena terhari. Foto Dok. Yes (3/5).


Dogiyai, JNP
– Hari Kamis kemarin (3/5) Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Dogiyai mengumumkan hasil kelulusan Ujian Nasional Tahun Ajaran 2018 dan dinyatakan lulus 100 persen.
Acara tersebut diselenggarakan di halaman SMA Negeri 2 Dogiyai sekitar jam 11.50. Para orang tua dan wali dari 158 murid serta ratusan partisipan hadir menyaksikan acara tersebut.

Di awal acara tersebut, Pdt. Wenas Tebai membawakan renungan singkat dan membuka acara tersebut dengan doa.

Dalam renungan singkat yang dibawakannya Pdt. Tebai menyampaikan menyampaikan betapa pentingnya memanjatkan ucapan syukur kepada Tuhan atas proses pendidikan selama 3 tahun yang telah dilalui para murid.

Fredy Yobee, Kepala SMA Negeri 2 pada kesempatan itu menyampaikan terikasih kepada rekan-rekan gurunya dan orang tua/wali murid, karena siswa/i yang telah berhasil menamatkan pendidikannya dari sekolah tersebut adalah hasil kerjasama yang baik dari mereka.

“Pendidikan murid tidak hanya tanggungjawab guru, tetapi juga tanggungjawab orang tua/wali,” kata Yobee.

Selain itu ia juga berpesan kepada para murid agar melanjutkan pendidikan ke jenjang yang berikutnya.

“Dogiyai khususnya dan Papua umumnya masih menunggu generasi muda Dogiyai yang mampu membangun daerah, perjuangan kalian tidak sampai disini. Semoga saja ada diantara kalian yang bersedia jadi guru karena guru mengemban tugas mulia yang biasanya dibenci manusia sedunia,” pesannya kepada para murid.

Dikatakan, sebenarnya jumlah siswa sebanyak 160, tetapi 2 siswa bermasalah karena seorang siswa pindah dan ikut ujian di SMA 2 Deiyai dan seorang siswa yang lainnya bernama double. Jadi siswa yang ikut ujian sebanyak 158 siswa.

Dari 158 peserta ujian tersebut dinyanyatakan lulus 100 persen.  Sebagaimana biasanya pada tahun-tahun sebelumnya, karena para murid terharu, mereka memikul sang kepala sekolah berkeliling kota Moanemani. Mereka juga melumuri sekujur tubuhnya dengan lumpur.
 

(Jelata News Papua/Ibogoo)

Selasa, 01 Mei 2018

1 Mei Bagi Papua Hari Aneksasi, Bukan Integrasi

Ilustrasi pencaplokan wilayah Papua/Google


TIMIKA, JNP- Tanggal 1 Mei selalu diidentikan dengan Hari Buruh Internasional. Namun, di Papua, hari itu diperingati sebagai hari aneksasi Papua ke dalam Indonesia.

Berbeda dengan pandangan rakyat Papua, pemerintah Indonesia mengklaim bahwa 1 Mei sebagai hari integrasi Papua ke dalam NKRI.

Menanggapi hal itu, salah satu pemuda Papua, Snow Marai, di dinding akun media sosialnya, ia menegaskan bahwa yang benar terjadi pada 1 Mei adalah hari aneksasi Papua ke dalah Indonesia, bukan Integrasi.

“Yang benar itu aneksasi, bukan integrasi,” tulis Marai.

Ia pun menjelaskan bahwa perundingan status wilayah politik Papua dari konfrensi Malino sampai Konfrensi Meja Bundar tidak pernah melibatkan rakyat Papua. Apalagi pelaksanaan PEPERA dilakukan dibawah tekanan militer dan mobilisasi penduduk besar-besaran dari Jawa adalah cara mencaplok Papua. 

Karena itu, menurutnya, Papua bukan diintegrasikan tetapi dianeksasi ke dalam Indonesia secara paksa yang melanggar moral dan hukum.

Marai mengemukakan beberapa alasan Papua dianeksasi seperti berikut:

1.   Perudingan status wilayah dan politik Papua mulai dari konferensi Malino pada tanggal 16-24 Juli 1946, Konferensi Meja Bundar di Den hag Belanda hingga Perjanjian New York 15 Agustus 1962 tidak pernah melibatkan Orang Papua.

2.    1 Mei 1963 UNTEA menyerahkan administrasi wilayah Papua ke
pada pemerintah Indonesia untuk mempersiapkan pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) sesuai perjanjian New York (New York Agreement) 15 Agustus 1962. Pemerintah Indonesia mengirim militer dalam jumlah besar dan mobilisasi penduduk besar-besaran dari Jawa sampai ke Papua dalam upaya pengkondisian hingga 1969. Terbukti hasil PEPERA dimenangkan oleh Indonesia.

3.    Dua tahun sebelum PEPERA 1969 yaitu 1967 terjadi Kontrak Karya PT. Freeport Mc Moran Gold and Copper perusahaan tambang emas dan tembaga milik Imperialis Amerika dengan rezim Orde Soeharto.

4.   Tanggal 19 Desember 1961, Ir Soekarno kumandangkan TRIKORA setelah 18 hari Papua Mendeklarasikan Kemerdekaan untuk membubarkan Negara Papua Barat yang baru berumur 18 hari itu.


(Jelata News Papua/Wit)